ARSITEKTUR ROKOKO
Sejarah Perkembangan Arsitektur II
Dosen: Salmon Priaji Martana, M.T.
Arsitektur Rokoko merupakan langgam arsitektur terutama yang menekankan pada bagian interior dan se
Isi Materi ARSITEKTUR ROKOKO
Sejarah Perkembangan Arsitektur II
Dosen: Salmon Priaji Martana, M.T.
A rsitektur Rokoko merupakan langgam arsitektur terutama yang menekankan pada bagian interior dan seni dekoratif. Berlaku pada interior dan ornamentasi. Umumnya interior sangat ciamik, sementara eksterior cenderung biasa saja. Rokoko lebih kepada suatu bagian dari arsitektur barok akhir, ketimbang suatu langgam yang berdiri sendiri.
Berkembang di Prancis sekitar 1700 hingga 1780, ekspresi yang ditonjolkan oleh Rokoko adalah langgam formal gedung pemerintahan masa transisional periode pencerahan. Arsitektur Rokoko memperhalus langgam abad 17 sebelumnya yang keras dan gagah menjadi langgam yang lebih elegan, khas selera abad 18.
Kata Rokoko kemungkinan berasal dari kata Bahasa Prancis, rocaille dan coquille (karang dan kerang), bentuk alami yang populer di Italia masa barok, khususnya pada dekorasi interior maupun taman. Dari cakupan yang kecil tersebut, kata rokoko perlahan mulai banyak dikenal di seluruh Eropa. Lucunya, pada awalnya justru digunakan seniman neoklasik sebagai terminologi olok-olok bagi langgam yang dianggap terlalu berlebih-lebihan.
Ciri-ciri yang diusung bangunannya:
Warna-warna terang dan kuat digantikan oleh warna-warna pastel. Permainan cahaya difus melingkupi interior bangunan. Permukaan yang kasar digantikan oleh yang lebih halus dengan penekanan hanya pada titik-titik tertentu.
Struktur dari bangunan diringankan, untuk memberi kesempatan interior lebih berbicara.
Memainkan imajinasi pengguna bangunan melalui detail-detail yang halus namun rumit.
Masuknya unsur-unsur detail dari dunia timur, khususnya Cina dan Arab.
Ciri lengkung, kurva, asimetri.
Patung dekoratif serta lukisan yang menyatu dengan struktur.
Arsitek rokoko pada umumnya melakukan pendekatan desain untuk membuat ruang menjadi lebih unity . Menekankan pada penyelesaian struktur dan membuat skema-skema bagi dekorasi bangunan. Juga menarik untuk dilihat bahwa arsitek umumnya menaikkan tinggi plafon dari bagian bangunan yang tadinya dianggap kalah hierarki, seperti lorong (aisle ) dan menyamakannya dengan ketinggian plafon bangunan inti (nave ) untuk menciptakan kesatuan ruang dari dinding ke dinding. Kolom-kolom struktur dengan teknologi yang ada direduksi hingga ukuran seminimal mungkin, agar tidak mengganggu kesan bangunan.